Jumat, 27 Juni 2008

MAU KE MANAKAH SETELAH TAMAT SMA?




Baru saja siswa pelajar SMA kelas tiga selesai ujian negara, dan telah mendengar hasil kelulusan mereka, diantara sekian banyak pelajar SMA, ada yang lulus, dan ada tidak. Ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi negeri bila lulus seleksi, ada yang ke swasta, dan ada pula yang tidak melanjutkan karena berbagai alasan. Bila orang tua mereka ada uang untuk biaya kuliah anak-anak mereka maka jadilah si anak kuliah, tapi bila ekonomi orang tua mereka hanya cukup untuk makan, terpaksalah mereka menganggur.




Berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang menawarkan jasanya untuk menarik mahasiswa dengan cara yang berbeda-beda dan informasi yang menggiurkan. Memang sekolah itu mahal, segala kebutuhan harus dibeli dengan uang, tetapi mengapa kini lembaga-lembaga pendidikan saling bersaing dalam menarik uang dengan cara yang berbeda pula.




Kalau sudah bicara uang, beruntunglah mereka yang memiliki, tetapi bagi yang tidak, mau ke manakah anak-anak mereka, sementara mereka ingin meneruskan pendidikan mereka hingga ke perguruan tinggi. Lalu bagaimana dengan yang tamat SMA ingin bekerja?




Dilema seperti ini terjadi berulang-ulang, anak yang tidak dapat meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, setidaknya mereka hanya dapat bekerja menjadi pegawai swalayan, dan itu pun hanya kontrak. Mana ada kerja yang bisa bertahan lama, paling lama tiga, em\nam, satu tahun, setelah itu wasalam alias phk, atau selesai dan keluar.






Selasa, 24 Juni 2008

norma


Tadi siang aku melihat tayangan televisi, wah seram sekali deh!, kok anak pelajar SMA berkelahi dengan temannya, kok ya ditonton oleh teman-teman yang lain berjilbab lagi! bagai menonton sebuah tayangan film drama.Itu terjadi di Kalimantan Timur.
Di mana nilai norma yang telah diperoleh dari bangku sekolah? Mana ajaran agama yang mereka dapatkan dari guru mereka?, Di mana rasa kasih sayang yang mereka terima dari orang tua? Sia-sia mereka sekolah dengan menyandang tas dan biaya yang tak terhitung oleh jari? Hanya karena ingin mencari pengakuan diri dari kawan mereka, dengan jalan yang tercela.

Tidak ada cara dan jalan lain yang positif untuk menunjukkan jati diri dihadapan kawan-kawan?


Kamis, 12 Juni 2008

NILAI KECANGGIHAN

Zaman kini semakin canggih, komukasi pun sudah terlalu cepat didapat dan didengar. Dengan kecanggihan teknologi membuat orang semakin tak peduli dengan lingkungan sekitar. Hubungan manusia semakin luntur, rasa hormat seorang anak kepada orang tuanya, maupun kepada orang lain sudah tak tahu batasan dan norma yang berlaku dalam budaya timur yang kita miliki, orang sudah tidak tahu lagi aturan budaya asli mereka, mereka semakin tak mengenal sopan santun tata krama dalam berkomumikasi kepada orang lain.

Contoh yang sering kita lihat adalah penggunaan telepon genggam atau telepon seluler. Dengan menggunakan telepon genggam ini, orang sudah tidak lagi mengenal batas dan waktu. Kapan saja mereka bisa berkomunikasi dengan rekan, teman, saudara. atau dengan siapa saja, kapan saja dan di mana saja.

Sebenarnya segala sesuatu itu ada batasan dan aturan mainnya, tinggal bagaimana orang tersebut menggunakan, tetapi sayang orang tidak dapat menempatkan penggunaannya. Orang memakai alat tersebut tidak mengenal waktu, tempat, dan kepada siapa ia berkomunikasi.
Dalam bekomunikasi dengan orang yang lebih tua, harus dengan kata yang sopan, bahasa yang baik, lihat situasi dan kondisi. Terkadang sudah malam ketika orang sudah beristiharat, ada orang mengganggu liwat alat telepon ini, kecuali memang situasinya penting dan gawat.

Dalam menulis pesan pendek liwat sms pun, terkadang orang yang tidak mengindahkan sopan santun berbahasa bahkan dalam menulis pun tidak memperhatikan singkatan yang memang orang tersebut tak mengenal singkatan dalam tulisan yang ditulisnya, apalagi dikirim kepada orang tua yang memang tidak mengerti bahasa pergaulan anak muda.

Selasa, 03 Juni 2008

Tertunda

Ketika saya tiba di tempat bekerja, tiba-tiba temanku berucap: Ya Allah Lok! Untung masih bisa bertemu denganmu, sambil menangis dan gementar seluruh anggota badannya", saya yang mendengar ia bicara dengan keadaan seperti itu jadi timbul pertanyaanku, ada apa gerangan yang terjadi?

Ia ceritakan kronologi kejadian perjalanan rutinnya seperti biasa yang ia lakukan setiap hari berangkat bekerja, tetapi memang pagi hari itu, agak berbeda dengan hari-hari sebelumnya, ketika kendaraan yang ia tumpangi sudah penuh dan siap berangkat, tiba-tiba entah mengapa ia turun dan pindah ke kendaraan yang ada di belakangnya yang masih kosong (rute Depok- Kampung Rambutan). Sang kernet menyapanya: kok turun Bu! kan udah mau berangkat! Tapi ia turun dan tidak mengindahkan sapaan sang kernet.

Berarti menunggu lagi penumpang sampai penuh, selang berapa menit, penumpang penuh, dan kendaraan pun meluncur jalan, tiba-tiba tak disangka kendaraan yang tidak jadi ia tumpangi mendapat musibah di daerah Lenteng Agung. semua penumpang meninggal tanpa terkecuali. dan kejadian tersebut benar-benar ia lihat. Ia menangis dan mengucap: inilah rahasia Allah, mengapa tiba-tiba saya berpindah kendaraan, padahal kendaraan tersebut siap berangkat. Subahannallah, Saya masih diberi hidup oleh Allah.

Jadi, sesuatu yang tertunda jangan disesali, kita tidak tahu ada apa dibalik ketertundaan tersebut? Hanya Allah yang Mahatahu. Subahannallah!


Sopan Santun

Seorang guru sedang bicara dengan muridnya dalam suasana yang serius, tiba-tiba datang tiga orang temannya yang ingin menyerahkan tugas mereka yang sudah terlambat, padahal batas penyerahan tugas tersebut sudah berlalu tiga hari. Tanpa ada salam, mereka langsung mengatakan: " Bu! Ini tugasnya, sambil berdiri," guru tersebut hanya tersenyum dengan diamnya.
Padahal guru mereka sedang membicarakan tingkah laku temannya yang ada di sebelahnya mengenai sopan santun temannya yang menemui gurunya tidak tahu tata krama.

Sebenarnya guru tersebut ingin marah, ini murid kok tidak mengenal sopan santun ya? tidak melihat apakah ia masuk sudah diizinkan, dan apakah sudah dipersilakan masuk? Mereka tidak dapat melihat, membaca, situasi, kapan ia boleh masuk, bicara. Mereka hanya memikirkan kepentingannya saja tanpa memperdulikan situasi. Seolah tugas mereka adalah kebutuhan dan keperluan sang guru, lalu dengan nada yang tidak sopan ia mendesak agar tugas mereka diterima.

Memang aneh anak-anak zaman sekarang, tidak tahu sopan santun. Mereka seenaknya saja, baik di jalan, dalam pergaulan yang sudah tidak mengenal norma agama, dalam berbicara, mereka samakan antara orang tua, guru, atau dengan kawan sebayanya, dalam berpakaian sudah tak mengenal malu.Siapakah yang salah? apakah zaman yang sudah berubah, budaya yang merusak mereka? Nilai -nilai moral yang sudah merosot oleh majunya teknologi? atau orang tua? atau sang pendidik?

Minggu, 01 Juni 2008

Rasa Peduli

Setiap orang pasti punya rasa dalam dirinya. Entah itu rasa bangga karena mendapat sesuatu, rasa sedih bila mendapat kesusahan, rasa gembira jika ia memperoleh hadiah atau suatu kesenangan. Tapi ada juga orang yang kebal dengan rasa, jika ada orang jatuh, ia hanya mengatakan hati-hati, padahal orang tersebut sudah jatuh. Apakah itu hanya basa-basi, yang memang sudah basi, karena sudah terlambat menolong. Orang sekarang tidak punya rasa, tidak cepat terkejut, tidak sensitif dalam yang positif, yang akhirnya cendrung kepada sifat acuh dan cuek, tak peduli dengan lingkungan sekitar.

Bila Anda naik kendaraan umum apasaja, kita lihat atau menyaksikan sendiri, anak-anak kecil masih pagi buta sudah siap meminta sedekah dengan berbagai macam cara, yang seharusnya mereka siap berangkat ke sekolah mencari ilmu, tetapi oleh rasa keadaan ekonomi orang tuanya, dengan rasa terpaksa mereka meminta dengan membuang rasa malu, rasa minder, rasa takut tertangkap polisi, takut kesambar mobil mewah, dan berbagai macam rasa yang menghimpit mereka, apalagi kalau ketahuan teman atau guru, serta tetangga.

Nah kita yang masih tebal dengan nilai rasa, tolonglah! cepat terkejut dengan keadaan di sekitar kita. Cepat tanggap dengan apa yang kita lihat tanpa harus menunggu orang meminta tolong kepada kita, Menolong orang tidak harus dengan materi, bila memang tidak mampu dengan materi, dengan tenaga pun tak salahnya, atau dengan memberi saran atau nasihat, semuanya itu, juga wujud dari rasa menolong, tetapi menolong yang benar-benar tulus dan ikhlas semata hanya karena memohon keridhoaan Allah. Serahkan kepada-Nya, biar Allah yang membalas.

Mulailah dengan hal yang kecil, yang ada di lingkungan keluarga kita dengan membiasakan segala sesuatu dengan rasa spontanitas. Contoh:Bila kita pulang dari bekerja, pasti Anda sudah lelah, pegal, macet, berdiri dalam kendaraan umum dengan berdesak-desak, Anda baru masuk rumah melihat ada tumpukan sampah persis di depan pintu gerbang, apa yang Anda lakukan, membiarkan sampah bertumpuk di depan pintu gerbang karena Anda sudah tak berdaya, atau masuk dengan begitu saja, atau Anda buang sampah tersebut sebentar, dan pekerjaan Anda beres satu masalah. Itulah salah satu contoh Anda masih punya rasa, rasa itulah yang harus diplihara dan dipupuk setiap saat dan dimana saja dan kapan saja agar kita punya rasa kepedulian yang peka.