Rabu, 27 Agustus 2008

Junaedi J

Ini cerita pengalaman hidup kawan saya; katakanlah namanya Jun, ia seorang mahasiswa dari kota yang dulu sangat terkenal dengan sebutan kota pelajar. Walau orang tua Jun tinggal di kota yang sama, tetapi Jun ingin sekali ngekost bersama kawan-kawannya, agar dekat dengan kampus dan sekaligus ingin mencoba hidup mandiri. Suatu hari Jun berpikir, bagaimana kalau ia coba-coba melamar mencari pekerjaan, walau apa saja bentuk pekerjaan itu, asal halal dan ada tambahan uang tetapi Jun sudah memiliki SIM. Jadilah, tekad Jun untuk mencoba datang pada suatu perusahaan dengan bermodal nekad.

Jun menemui bos perusahaan tersebut, dan mengatakan ia ingin bekerja apa saja walau pekerjaan yang diberikan padanya sekali pun hanya tukang sapu, lalu (Bu Budi) boss perusahaan itu bertanya lagi, ijazah terakhirmu apa? Jun menjawab: Saya hanya tamat SD, Bu! Dan mulailah Jun bekerja.

Sopir perusahaan datang terlambat, sedang kendaraan masih dalam keadaan kotor, Jun diam-diam mengeluarkan mobil itu pelan-pelan keluar garasi dan memandikannya. Mobil sudah siap dalam keadaan bersih, sopir pun datang dengan rasa puas, karena kendaraan yang akan ia kendarai dalam keadaan bersih.

Suatu kali, Jun pernah ketangkap sedang memasukkan mobil ke garasi setelah dicuci yang sebelumnya diparkir oleh sopir dan ditinggal pulang, bossnya terkejut, dan bertanya: Kamu bisa menyetir mobil? Jun menjawab: Saya hanya coba Bu! Wah kalau begitu kamu besok belajar stir ya, ini, Saya beri uang kursus dan transpotnya, paling-paling tujuh sampai delapan kali kamu sudah bisa bawa. Dan esoknya Jun pergi ke tempat sekolah stir mobil, lalu minta daftar dan jadwal menyetir, daftar dan jadwal tersebut diserahkan pada bu Budi, dan Jun dapat dispensasi kerja selama kursus stir mobil. Selama hari kursus Jun tidak datang tempat kursus dan juga tidak bekerja. Di luar hari kursusnya tentu ia datang dan bekerja.

Pada hari yang lain, bu Budi akan ke luar kota untuk mencari order barang, tetapi sopirnya tidak datang dan harus berangkat, karena yakin, bu Budi menyuruh Jun untuk menggantikan posisi sopir yang tidak datang, dengan rasa terkejut dan sekaligus bangga Jun menerima tawaran bu Budi untuk menyetir mobil yang masih baru ke luar kota. Dan berhasil dengan selamat pergi dan pulang.

Hari berikutnya Jun disuruh lagi menemani bu Budi ke luar kota, tetapi di tengah perjalanan ada razia kendaraan beroda empat, dari kejauhan bu Budi menyuruh untuk masuk ke restoran demi menghidar dari razia polisi, karena ia tahu Jun belum memiliki SIM, anehnya Jun menurut saja. Selang beberapa saat, polisi di ujung jalan belum juga pergi. Bu Budi meminta bantuan pada pelayan restoran untuk mengendarai mobilnya sampai melewati wilayah razia, si pelayan juga tak punya SIM tetapi bisa, tanpa sepengetahuan bu Budi, Jun memberikan SIM-nya pada pelayan restoran tersebut, jadilah mereka bertiga dapat berhasil melewati batas polisi yang sedang razia tersebut. Setelah jauh dari tempat razia, pelayan turun dan mengembalikan SIM kepada Jun tanpa sepengetahuan bu Budi.

Suatu saat, kawan Jun ingin tahu tempat Jun berkerja, dan ia datang mengantar undangan wisuda, pada saat itu kebetulan Jun tidak ada di tempat kerjanya sedang pulang kampung ( karena minta izin tiga hari). Esok harinya bu Budi memberitahukan bahwa ada undangan wisuda untuk Jun, tetapi Jun berkelit dengan tenangnya bahwa mungkin salah alamat, biar undangan ini saya antarkan pada orang yang tepat, bu Budi pun percaya, padahal kan Jun datang melamar pekerjaan dengan bermodalkan ijazah SD, kok tiba-tiba ada undangan wisuda atas nama Jun sendiri, karena merasa tak enak hati, Jun keluar dari tempat kerja. Jun.... Junaedi begitu pandainya kau bersandiwara dan berkelit.